Senin, 14 Oktober 2013

Resensi Buku


AA. IDENTITAS BUKU
Judul Buku                    : Pekalongan Inspirasi Indonesia
Penulis                         : Abhan Misbach, dkk.
Penerbit                        : Pemerintah Daerah Pekalongan bekerja sama dengan
                                      The Pekalongan Institute & Kirana Pustaka Indonesia.
Tahun Terbit                  : Cetakan I, April 2008.
Tebal Buku                    : 457 halaman.
Nomor ISBN                  : 979111885-x

BB. JUDUL RESENSI
Citra Pekalongan dalam Sepotong Kenangan
CC. IKHTISAR ISI BUKU
Pekalongan, kota di pesisir utara Jawa Tengah ini memiliki banyak kebudayaan dan keunikan. Bahasanya yang khas antara bahasa jawa halus dengan bahasa jawa ngoko, membuat bahasa Pekalongan nampak beda dari bahasa jawa kebanyakan. Makanan tradisionalya adalah megono dan taoto. Masyarakatnya bekerja di bidang pertanian, perikanan, dan perindustrian batik. Tidak hanya insutri batik saja yang berkembang, bahkan Pekalongan berhasil membuat brand ternama yang mendunia dengan hasilnya berupa sarung tenun ‘Gajah Duduk’. Mendunianya brand tersebut menjadi cikal untuk meningkatkan citra Pekalongan agar terus mengembangkan brand-brand ternama lainnya.
Sukses dalam bidang perindustrian, Pekalongan juga kembali membawa namanya tersebut ke tingkat nasional dengan membangun Museum Batik. Museum tersebut dibangun sebagai perwujudan masyarakat Pekalongan yang menganggap bahwa membatik adalah bagian dari kehidupannya. Pembangunan Museum Batik yang tak mudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan juga para aktivis batik ini awalnya hanyalah rumah biasa dan sempat berpindah dari lokasi yang satu ke lokasi yang lainnya. Setelah usaha pemerintah dan para aktivis batik yang terus menerus didukung oleh masyarakat pecinta batik, pengusaha batik, dan dukungan dari pihak lainnya, akhirnya Pekalongan berhasil membangun sebuah museum bertaraf nasional yang diresmikan pada tanggal 12 Juli 2006 oleh Presiden Indonesia secara langsung yang hadir di Pekalongan bersama ibu negara, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono. Sebuah kebanggaan karena setelah terbentuknya museum ini, banyak para kolektor batik yang menyumbangkan batik-batiknya untuk dipamerkan dan dijadikan aset milik Museum Batik.
Dibalik kuseksesan tersebut, ternyata informasi yang berkaitan dengan Pekalongan masih sulit ditemukan di situs-situs internet. Hal ini tentu menyusahkan para wisatawan ataupun orang-orang yang akan mengunjungi Pekalongan sebagai kota batik dunia. Penyediaan informasi tentang Pekalongan tidak hanya dibutuhkan untuk mempermudah pencarian informasi tentang seluk beluk Pekalongan, tetapi juga berarti bagi catatan sejarah terhadap apa yang terjadi di Kota Pekalongan selama ini. Untuk mendokumentasikan catatan-catatan penting tersebut, maka peran perpustakaan sangat berharga sebagai tempat penyimpanan arsip budaya-budaya dan penghubung komunikasi antara masyarakat dan pemerintah.
Kurangnya promosi melalui bidang teknologi juga dimungkinkan karena fasilitas internet yang sudah ada kurang diminati oleh masyarakat dalam mendokumentasikan ataupun membuat tulisan tentang Pekalongan. Faktor lainnya yang memungkinkan adalah karena ketertinggalan Indonesia dalam hal teknologi.
DD. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
Buku “Pekalongan Inspirasi Indonesia” merupakan buku kumpulan kisah inspiratif yang dikarang oleh Abhan Misbach, dkk. Buku terbitan dari Pemerintah Kota Pekalongan ini termasuk salah satu jenis buku non fiksi yang memuat kisah-kisah berdasar pengalaman para penulis yang ditulis dalam bentuk kisah inspiratif.
Buku ini memuat bab-bab yang mengisahkan seputar Pekalongan, kehidupan sosial, masyarakat, dan budayanya. Diantara banyaknya bab-bab tersebut, bab “Citra Pekalongan dalam Sepotong Kenangan” merupakan bab yang akan diresensi. Pada bab ini juga masih terdapat subbab-subbab, diantaranya adalah :
1.     Dengan Pengelolaan Informasi yang Sistematis : Pekalongan Bukan Sebatas Kota Kenangan oleh Labibah Zain Yahya, M.A.
2.     Gajah Duduk dan Citra Kota Pekalongan oleh Maryati, S.H, M.Si.
3.     Selayang Pandang Museum Batik di Pekalongan oleh Ir. MM. Sumarni, M.M.
4.     “Click” untuk Pekalongan oleh Muhammad Ani Sofyan.
Buku dengan tebal 457 halaman ini merupakan karya asli dari para penulis yang didasarkan pada kebenaran tentang Kota Pekalongan dan kehidupan masyarakatnya. Sampul buku ini sangat menarik dengan warna netral nan tegas, hitam, putih, merah. Warna tersebut cukup untuk membuat para pembaca yang melihat sekilas sampul ini akan langsung tertarik dan penasaran dengan warna sampul yang terlihat berani dan tegas tersebut. Selain warna latar sampul, gambar yang tertata pada sampul juga tidak terlalu ramai, terlihat simple tapi juga mengisyaratkan ‘mewah’ dengan gambar abstraknya.
Kertas yang digunakan dalam buku tersebut merupakan kertas putih. Kertas untuk sampul buku juga dibuat lebih tebal sehingga menjaga buku dari kerusakan seperti robek ataupun terlipat. Tulisan terketik rapi dengan susunan yang teratur, namun ada beberapa penulisan yang kurang jelas cetakannya dan adapula beberapa kesalahan dalam pengetikan, sehingga membuat para pembaca sedikit bingung dalam memahaminya.
Pada subbab Dengan Pengelolaan Informasi yang Sistematis : Pekalongan Bukan Sebatas Kota Kenangan oleh Labibah Zain Yahya, M.A terdapat cukup banyak jargon komputer yang berhubungan dengan internet. Tidak hanya itu, pada subbab ini, cerpenis pecinta theater tersebut juga banyak menggunakan kata-kata dalam bahasa jawa yang tidak dijelaskan maksud dari kata tersebut. Hal ini tentu membuat para pembaca semakin bingung dengan adanya jargon-jargon tersebut, baik jargon dalam bahasa inggris maupun dalam bahasa jawa. Pustakawan yang lahir di Klego tersebut juga menjelaskan masalah-masalah yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas internet sebagai upaya untuk menunjang pariwisata dan dokumentasi Kota Pekalongan. Kecintaannya dalam dunia internet dan menulis, berhasil menarik perhatian para generasi muda untuk terus mengembangkan Pekalongan dengan memanfaatkan fasilitas internet, seperti tercapainya pembangunan perpustakaan digital oleh Perpustakaan Pekalongan.
“Click” untuk Pekalongan oleh Muhammad Ani Sofyan juga menggunakan beberapa jargon dalam bidang teknologi. Dengan banyaknya penggunaan jargon tersebut, pembaca akan sulit memahami dan sukar menerimanya. Praktisi Teknologi Informasi tersebut juga menerangkan sisi Pekalongan dilihat dari perkembangan ilmu di bidang teknologi. Pria kelahiran 1973 yang menjadi Penggerak open source di Pekalongan tersebut memberi banyak inspirasi untuk kemajuan Kota Pekalongan dengan memanfaatkan teknologi, baik di bidang pendidikan, pemerintah, maupun sumber dayanya.
Lain halnya dengan subbab Gajah Duduk dan Citra Kota Pekalongan oleh Maryati, S.H, M.Si. dan Selayang Pandang Museum Batik di Pekalongan oleh Ir. MM. Sumarni, M.M. yang menuliskan kisah-kisah inspiratif dengan menggunakan bahasa sehari-hari yang segar dan tidak membuat para pembaca bertanya-tanya. Bahasanya jelas dan mudah dipahami oleh pembaca awam, terasa ringan tapi juga berbobot setiap katanya, membuat pembaca yang membacanya tahu akan maksud yang disampaikan penulis dalam kisahnya tersebut.
Dalam subbab Gajah Duduk dan Citra Kota Pekalongan, perempuan yang menjabat sebagai Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemda Kota Pekalongan tersebut memberikan inspirasi kemajuan Pekalongan dalam sektor industrinya, ia juga menegaskan bahwa Pekalongan harus bangga menjadi kota dengan industri batik terbesar di Indonesia bahkan di dunia.
Ir. MM. Sumarni dalam subbab Selayang Pandang Museum Batik juga memberikan informasi yang lengkap, rinci, dan jelas mengenai jalan pembangunan Museum Batik dari masa ke masa.
Keempat subbab dalam bab “Citra Pekalongan dalam Sepotong Kenangan” memiliki ciri khas para penulisnya dalam menuliskan kisah-kisahnya tersebut. Semua subbab kisah tersebut memberikan ide-ide segar untuk menginspirasi para generasi muda dalam menghadapi masalah-masalah seputar perkembangan zaman yang akan menimpa Pekalongan. Para penulis juga menyampaikan ide-ide mereka dan memberikan pesan positif kepada masyarakat Pekalongan untuk bangga terhadap Pekalongan dan tetap menjaga citra serta keutuhan budaya dan sosial masyarakatnya.
Buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh pembaca segala umur. Buku ini banyak memuat kisah-kisah inspiratif yang membangun sikap kejiwaan dan cinta tanah air bagi yang membacanya untuk terus mengeluarkan ide dan inspirasiya untuk membangun Pekalongan. Inspirasi tersebut tidak hanya untuk membangun Pekalongan, tetapi juga untuk membangun Indonesia dengan segala keragaman budayanya.

BY : Aldeka Kamilia Mufidah