AA. IDENTITAS BUKU
Judul Buku :
Pekalongan Inspirasi Indonesia
Penulis :
Abhan Misbach, dkk.
Penerbit :
Pemerintah Daerah Pekalongan bekerja sama dengan
The Pekalongan Institute & Kirana Pustaka
Indonesia.
Tahun Terbit :
Cetakan I, April 2008.
Tebal Buku :
457 halaman.
Nomor ISBN :
979111885-x
BB. JUDUL RESENSI
Citra Pekalongan dalam Sepotong Kenangan
CC. IKHTISAR ISI BUKU
Pekalongan, kota di
pesisir utara Jawa Tengah ini memiliki banyak kebudayaan dan keunikan.
Bahasanya yang khas antara bahasa jawa halus dengan bahasa jawa ngoko, membuat
bahasa Pekalongan nampak beda dari bahasa jawa kebanyakan. Makanan
tradisionalya adalah megono dan taoto. Masyarakatnya bekerja di bidang
pertanian, perikanan, dan perindustrian batik. Tidak hanya insutri batik saja
yang berkembang, bahkan Pekalongan berhasil membuat brand ternama yang mendunia
dengan hasilnya berupa sarung tenun ‘Gajah Duduk’. Mendunianya brand tersebut
menjadi cikal untuk meningkatkan citra Pekalongan agar terus mengembangkan
brand-brand ternama lainnya.
Sukses dalam bidang
perindustrian, Pekalongan juga kembali membawa namanya tersebut ke tingkat
nasional dengan membangun Museum Batik. Museum tersebut dibangun sebagai
perwujudan masyarakat Pekalongan yang menganggap bahwa membatik adalah bagian
dari kehidupannya. Pembangunan Museum Batik yang tak mudah dilakukan oleh
Pemerintah Kota Pekalongan juga para aktivis batik ini awalnya hanyalah rumah
biasa dan sempat berpindah dari lokasi yang satu ke lokasi yang lainnya.
Setelah usaha pemerintah dan para aktivis batik yang terus menerus didukung
oleh masyarakat pecinta batik, pengusaha batik, dan dukungan dari pihak
lainnya, akhirnya Pekalongan berhasil membangun sebuah museum bertaraf nasional
yang diresmikan pada tanggal 12 Juli 2006 oleh Presiden Indonesia secara
langsung yang hadir di Pekalongan bersama ibu negara, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
dan Ibu Ani Yudhoyono. Sebuah kebanggaan karena setelah terbentuknya museum
ini, banyak para kolektor batik yang menyumbangkan batik-batiknya untuk
dipamerkan dan dijadikan aset milik Museum Batik.
Dibalik kuseksesan
tersebut, ternyata informasi yang berkaitan dengan Pekalongan masih sulit
ditemukan di situs-situs internet. Hal ini tentu menyusahkan para wisatawan
ataupun orang-orang yang akan mengunjungi Pekalongan sebagai kota batik dunia. Penyediaan
informasi tentang Pekalongan tidak hanya dibutuhkan untuk mempermudah pencarian
informasi tentang seluk beluk Pekalongan, tetapi juga berarti bagi catatan
sejarah terhadap apa yang terjadi di Kota Pekalongan selama ini. Untuk
mendokumentasikan catatan-catatan penting tersebut, maka peran perpustakaan sangat
berharga sebagai tempat penyimpanan arsip budaya-budaya dan penghubung
komunikasi antara masyarakat dan pemerintah.
Kurangnya promosi melalui
bidang teknologi juga dimungkinkan karena fasilitas internet yang sudah ada
kurang diminati oleh masyarakat dalam mendokumentasikan ataupun membuat tulisan
tentang Pekalongan. Faktor lainnya yang memungkinkan adalah karena
ketertinggalan Indonesia dalam hal teknologi.
DD. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
Buku “Pekalongan
Inspirasi Indonesia” merupakan buku kumpulan kisah inspiratif yang dikarang
oleh Abhan Misbach, dkk. Buku terbitan dari Pemerintah Kota Pekalongan ini
termasuk salah satu jenis buku non fiksi yang memuat kisah-kisah berdasar
pengalaman para penulis yang ditulis dalam bentuk kisah inspiratif.
Buku ini memuat bab-bab
yang mengisahkan seputar Pekalongan, kehidupan sosial, masyarakat, dan
budayanya. Diantara banyaknya bab-bab tersebut, bab “Citra Pekalongan dalam
Sepotong Kenangan” merupakan bab yang akan diresensi. Pada bab ini juga masih
terdapat subbab-subbab, diantaranya adalah :
1. Dengan Pengelolaan
Informasi yang Sistematis : Pekalongan Bukan Sebatas Kota Kenangan oleh Labibah Zain Yahya, M.A.
2. Gajah Duduk dan
Citra Kota Pekalongan oleh Maryati, S.H,
M.Si.
3. Selayang Pandang
Museum Batik di Pekalongan oleh Ir. MM.
Sumarni, M.M.
4. “Click” untuk
Pekalongan oleh Muhammad Ani Sofyan.
Buku dengan tebal 457 halaman ini merupakan karya asli
dari para penulis yang didasarkan pada kebenaran tentang Kota Pekalongan dan
kehidupan masyarakatnya. Sampul buku ini sangat menarik dengan warna netral nan
tegas, hitam, putih, merah. Warna tersebut cukup untuk membuat para pembaca
yang melihat sekilas sampul ini akan langsung tertarik dan penasaran dengan
warna sampul yang terlihat berani dan tegas tersebut. Selain warna latar
sampul, gambar yang tertata pada sampul juga tidak terlalu ramai, terlihat
simple tapi juga mengisyaratkan ‘mewah’ dengan gambar abstraknya.
Kertas yang digunakan dalam buku tersebut merupakan
kertas putih. Kertas untuk sampul buku juga dibuat lebih tebal sehingga menjaga
buku dari kerusakan seperti robek ataupun terlipat. Tulisan terketik rapi
dengan susunan yang teratur, namun ada beberapa penulisan yang kurang jelas
cetakannya dan adapula beberapa kesalahan dalam pengetikan, sehingga membuat
para pembaca sedikit bingung dalam memahaminya.
Pada subbab Dengan
Pengelolaan Informasi yang Sistematis : Pekalongan Bukan Sebatas Kota Kenangan
oleh Labibah Zain Yahya, M.A terdapat cukup banyak jargon komputer yang
berhubungan dengan internet. Tidak hanya itu, pada subbab ini, cerpenis pecinta
theater tersebut juga banyak menggunakan kata-kata dalam bahasa jawa yang tidak
dijelaskan maksud dari kata tersebut. Hal ini tentu membuat para pembaca
semakin bingung dengan adanya jargon-jargon tersebut, baik jargon dalam bahasa
inggris maupun dalam bahasa jawa. Pustakawan yang lahir di Klego tersebut juga
menjelaskan masalah-masalah yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas
internet sebagai upaya untuk menunjang pariwisata dan dokumentasi Kota
Pekalongan. Kecintaannya dalam dunia internet dan menulis, berhasil menarik
perhatian para generasi muda untuk terus mengembangkan Pekalongan dengan
memanfaatkan fasilitas internet, seperti tercapainya pembangunan perpustakaan
digital oleh Perpustakaan Pekalongan.
“Click”
untuk Pekalongan oleh Muhammad Ani
Sofyan juga menggunakan beberapa jargon dalam bidang teknologi. Dengan
banyaknya penggunaan jargon tersebut, pembaca akan sulit memahami dan sukar
menerimanya. Praktisi Teknologi Informasi tersebut juga menerangkan sisi
Pekalongan dilihat dari perkembangan ilmu di bidang teknologi. Pria kelahiran
1973 yang menjadi Penggerak open source di Pekalongan tersebut memberi banyak
inspirasi untuk kemajuan Kota Pekalongan dengan memanfaatkan teknologi, baik di
bidang pendidikan, pemerintah, maupun sumber dayanya.
Lain halnya dengan subbab Gajah Duduk dan Citra Kota Pekalongan oleh Maryati, S.H, M.Si. dan Selayang Pandang Museum Batik di Pekalongan
oleh Ir. MM. Sumarni, M.M. yang menuliskan kisah-kisah inspiratif dengan
menggunakan bahasa sehari-hari yang segar dan tidak membuat para pembaca
bertanya-tanya. Bahasanya jelas dan mudah dipahami oleh pembaca awam, terasa
ringan tapi juga berbobot setiap katanya, membuat pembaca yang membacanya tahu
akan maksud yang disampaikan penulis dalam kisahnya tersebut.
Dalam subbab Gajah
Duduk dan Citra Kota Pekalongan, perempuan yang menjabat sebagai Kepala
Bagian Humas dan Protokol Pemda Kota Pekalongan tersebut memberikan inspirasi
kemajuan Pekalongan dalam sektor industrinya, ia juga menegaskan bahwa
Pekalongan harus bangga menjadi kota dengan industri batik terbesar di
Indonesia bahkan di dunia.
Ir. MM. Sumarni dalam subbab Selayang Pandang Museum Batik juga memberikan informasi yang
lengkap, rinci, dan jelas mengenai jalan pembangunan Museum Batik dari masa ke
masa.
Keempat subbab dalam bab “Citra Pekalongan dalam Sepotong
Kenangan” memiliki ciri khas para penulisnya dalam menuliskan kisah-kisahnya
tersebut. Semua subbab kisah tersebut memberikan ide-ide segar untuk
menginspirasi para generasi muda dalam menghadapi masalah-masalah seputar
perkembangan zaman yang akan menimpa Pekalongan. Para penulis juga menyampaikan
ide-ide mereka dan memberikan pesan positif kepada masyarakat Pekalongan untuk
bangga terhadap Pekalongan dan tetap menjaga citra serta keutuhan budaya dan
sosial masyarakatnya.
Buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh
pembaca segala umur. Buku ini banyak memuat kisah-kisah inspiratif yang
membangun sikap kejiwaan dan cinta tanah air bagi yang membacanya untuk terus
mengeluarkan ide dan inspirasiya untuk membangun Pekalongan. Inspirasi tersebut
tidak hanya untuk membangun Pekalongan, tetapi juga untuk membangun Indonesia
dengan segala keragaman budayanya.
Terus berkarya buat ananda....sukses selalu ya.
BalasHapus