LATEPOST
Liburan lebaran, oke sekitar tanggal 1 Agustus - 16 Agustus 2013, sedikit telat untuk memposting tentang liburan. Sebenarnya gak telat, karena malam tanggal 12 Agustus aku dan keluarga baru saja sampai di rumah. Baru pulang dari Dieng booo ....
Memberi info sekaligus promosi bahwa liburan itu GAK HARUS MAHAL ke luar negeri atau jauh-jauh dari rumah, aku sekeluarga memutuskan bermusyawarah untuk mengunjungi Dieng setelah sebelumnya liburan ke Jogja. Awalnya aku gak ada niat kesana, tapi akhirnya penasaran juga.
Rencana liburan ke Dieng dari tanggal 11-12 Agustus, jadi aku sekeluarga akan menginap disana. Sebelum kesana, aku ditugasi abi untuk menge-cek kondisi Dieng, apakah aman atau masih dalam status bahaya (mengingat gas beracun yang sebelumnya pernah semarak), dan statusnya sekarang AMAN. Selain itu, adikku juga menge-cek kondisi dan geografis wilayahnya, karena di internet banyak memberikan info bahwa suhu di Dieng pada malam hari bias mencapai 10 derajat. Bahkan pada bulan Juli-Agustus saat musim kemarau, suhu di pagi hari bisa mencapai 0 derajat. Persiapan sekeluarga adalah JAKET DAN BAJU HANGAT *DI UNDERLINE,BOLD SAMA ITALIC yang banyak. Toh biar gak pingsan gara-gara hipotermia. Setelah mempersiapkan bekal, siap-siap tidur ...
FIRST DAY
11 Agustus 2013
NIH, HARI NI KITA SEMANGAT BANGET BUAT BANGUN PAGI, BIASANYA BANGUN NGELANTUR SAMPE SIANG. *UPS..KE PENCET capslock.
Bangun sekita pukul 5.15 pagi. Mandi, shalat, sarapan, dan siap-siap sampai pukul 6.45
Pukul itu juga kita sekeluarga berangkat, Let's Go! senang bukan kepalang, di+, Abi ngambil jalur cepat melalui hutan-hutan, bukit naik turun, yang pokoknya enak gitu deh, tau kan?rasanya kayak naik bukit gitu deh....#Apalah. jadi sepanjang berjalanan kita pakai AC alami, bener deh, anginnya sejukk....tanpa ada polusi. Bagian sini nih adegan paling menyenangkan, di situ aku buka jendela mobil, sekitar hamper 1/2 dari jendela. Itu angin sempriwing....nyampe kerudung bergoyang-goyang kayak bendera merah putih kalau lagi di atas tiang 17m. Hahaha...Adegannya gini nih, sambil menatap keluar, ditemani angin sempriwing-iwing, menatap keluar sambil senyum-senyum, maksudnya kayak di film-film itu loh..tepatnya film petualangan, pas adegan filmnya baru mulai kan ada pembukaannya. terus biasanya kayak gitu pembukaannya.
Oke,,,back to the topic. Perjalanan dari rumah(daerah Sragi) sampai Dieng sekitar 4 jam, itupun masih kena macet di pasar-pasar.
Setelah melewati pasar, akhirnya perjalanan kembali lancar. SINGKAT CERITA. Akhirnya, kita sekeluarga sampai di kompleks Dieng. Yah, Dieng itu masuk ke lima atau empat ya, ah kayaknya empat #LUPA# wilayah, wilayah Batang, Banjarnegara, Kendal, dan Wonosobo (semoga bener). Yah, kalau menurut aku yang bikin Dieng beda dari dataran tinggi lainnya adalah, Dieng itu memiliki banyak terasering yang berwarna-warni, mulai dari hijau sampai coklat. Melihat kanan-kiri jalan yang penuh dengan bukit-bukit tinggi berterasering itu, kesan pertamaku adalah 'Subhanallah, masyaAllah, indahnya ...' hahaha. Dataran Dieng ini terletak di tengah-tengah lingkaran perbukitan, jadi kalau dilihat dari central Dieng-nya serasa terkurung di penjara berdinding pegunungan berterasering itu.
Daerah Dieng kali ini rame, rame banget, yaiyalah liburan, plat mobil B semua, hahaha, aku sekeluarga juga termasuk pelancong ber-plat G #PLAK#. Nah, destination pertama ini kita mampir dulu ke Sumur Jalatunda. Well, aku gak tahu apa-apa tentang objek wisata disini, dan untungnya abiku pernah sekali mengunjungi Dieng meskipun dah lama banget, tahun 80-an, dan abiku sempat bingung nyari jalan menuju Sumur Jalatunda, katanya sih banyak yang beda dari Dieng tahun 80-an sama Dieng abad sekarang ini #perkembanganzaman#.
Tenang, akhirnya nyampe juga kok di Sumur Jalatunda. Deg-degan nih waktu naik tangga menuju ke sumurnya, dan aku berpikir, namanya 'sumur' mesti kan ada katrol sama ember tuh, kira-kira Sumur Jalatunda gitu juga gak ya?
Eh, sampe disana ternyata sumurnya itu dalem, aduh gimana ya jelasinnya, maksudnya itu bukan kayak sumur rumahan yang ada katrol dan embernya seperti pikiranku sebelumnya, tapi lebih mirip sama kubangan bekas kawah yang dalam dan lebarrrrrrrrr sekaleeee.
Ya kan? Bayanganku tentang katrol dan ember langsung melayang jauhhhh melihat fisik sumurnya yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari jalan pikiranku. Disana ada banyak penjual batu, awalnya aku berpikir dan nanya-nanya tuh sama abiku, oh ternyata batu itu dijual buat dilemparin ke sumur. Nah lo, sekarang muncul lagi pertanyaan yang lebih rumit, buat apa lagi tuh batu dilempar ke sumur segala?
"OOOOOHHHH, buat ngecek seberapa lebar sumurnya itu."
Aku ngelempar mah gak ada seperempat lebar sumurnya, dan nyaris orang-orang yang ngelempar kesitu emang kagak pernah sampai ke tepian sumur di seberang sana, hebat juga tuh, kelihatannya sih kecil, tapi kemungkinan lebarnya bisa nyampe ratusan meter kali ya, atau 1 km? #PLAK#
Yang jelas, ... YA ITU SUMUR. Jadi gak bisa lama-lama meratapi sumur terus, akhirnya kita pindah destination berikutnya. Keunikan yang kudapat dari sumur itu, lebar dan dalam, curam, dan airnya hijau, kayaknya mungkin bekas kawah dulunya kali ya??? #bingungjugayangnulis#
Turun turun, ada penjual bambu, terus? Abi katut deh, abiku langsung lihat-lihat tuh bambu khas Dieng yang melitut-litut, aduh kan, gini loh maksudnya sekat bambunya itu unik gitu, berliku-liku seperti pahatan. Kalau sudah berhubungan dengan yang langka-langka gini biasanya abi paling lama milihnya, nawar-nawar dulu, cari kualitas yang paling bagus, model yang paling bagus, dan akhirnya baru BELI.
Rencananya, kita sekeluarga itu pengen ngunjungi semua situs yang ada di Dieng, tapi toh gak semuanya kesampaian akhirnya. Beberapa memang ada situs yang dilarang karena bahaya, pernah dengan kan tragedi Sinila, nama itu memang nama kawah terkenal mengandung gas beracun, sama halnya dengan kawah Timbang yang memang selalu mengeluarkan gas CO2. Tidak hanya itu, kawah-kawah yang medannya sulit dijangkau pun menjadi alasan kedua karena aku sekeluarga toh gak mau ambil resikonya, akhirnya kita terpaksa gak kesana, apa tuh nama kawahnya, lupa juga ... hehehehe
Kembali perjalanan menuju destination berikutnya, melihat pandangan yang menyejukkan mata tiap perjalanan, akhirnya aku dan kedua adikku memutuskan untuk turun sebentar dan foto-foto ... #biasaanakmuda#
Haha, kayak bebek dilepas dari kandangnya ...
Next Destination.
Sileri Crater.
Okeoke, kawah Sileri. Deg-degan? Gak kok biasah aja, pikiranku tentang katrol dan ember pun sudah terbang jauh. Setidaknya karena namanya 'kawah' bukan 'sumur' aku bisa berpikir lebih jernih kalau 'kawah' pasti panas, mengeluarkan asap, bau belerang, ... siiip itu jalan pikiranku.
Benar ternyata, jalan pikiranku betul, HAHAHAHA.
Bau belerangnya sih gak nyengat amat, cuma fisik kawahnya ini berwana hitam. Kelihatan di mataku berwarna hitam, umbluk-umbluk seperti air mendidih, dan tentunya bersuhu diatas lima puluh derajat.
Belum puas lihat dari jauh, oke langsung saja kita susul kesana ...
TURUN TURUN MENURUNI TANGGA
Wow, ternyata bau sulfurnya lebih pekat di hidung waktu mau berjalan lebih dekat ke kawahnya. So, umi yang sudah siap bawa masker, langsung saja kita pake. Setelah kira-kira berada empat meter dari bibir kawah dan foto-foto, akhirnya kembali lagi naik lewat tangga. Melihat keatas sana rasanya malah jadi gak sanggup buat naik, hahaha, payah ya, tapi kalau ngeliat kebawah, gak terasa kalau tiba-tiba dah ada diatas. #gakpenting#.
SYUTTT
Perjalanan balik ke jalan lebar, (waktu ke kawah sileri kan masuk ke jalan kecil) abiku penasaran sama geothermal yang ada di kawasan tersebut. Turun dan jalan mendekati kawasan geothermal. Melihat ada plang warna merah bergambar tengkorak bertuliskan 'AWAS GAS BERACUN!' aku dan adikku udah ketakutan duluan, tapi abiku tetap aja nyeret kita-kita, maksud plang itu mungkin kawasan di dalam sana bukan di luarnya. Pastinya ...
Biasah lah, mesti cuma numpang ngambil background doang. Bangga foto di samping plang 'AWAS GAS BERACUN!' hahaha, kebiasaan lah, bukan kebiasaan lagi, membudaya yang namanya foto-foto #ahapaansihgaknyambung#
#MULAIPEGELNGETIK# nah kan capslock jadinya ... #apahubungannya?#
Tujuan ketiga, rencananya ya mau ke Kompleks Candi, Kawah Sikidang, dan Telaga Warna, tapi ternyata yang Telaga Warna kagak kesampaian di hari pertama, dapat kloter hari kedua nanti. Alasannya, waktu masuk ke wilayah candi, disitu ada mbak misterius bercadar, halah maksudnya maskeran, terus dia nawarin homestay rumahan, bukan homestay kamaran. Dia nawarin permalam cuma Rp 400.000,00. Yah, pokoknya jurus sakti mempromosikan homestay miliknya yang membuat kita akhirnya mau juga milih homestay mbak nya itu. Akhirnya kepotong tuh perjalanannya, dan dialihkan menuju homestay di kawasan Dieng, #yaiyalah# maksudnya lokasinya itu strategis, deket sama situs candi, sikidang, dan telaga warna, malahan mbaknya ngasih tahu situs-situs lainnya, ada DPT (Dieng Plateau Theater) kayak bioskop, terus nyaranin buat liat sunrise di Puncak Sikunir, dll ...
Akhirnya, sampe di homestay berbentuk rumah #yaiyalah# catnya ungu. Tempatnya bersih dan lumayan bagus untuk seukuran rumah di pegunungan, fasilitas lengkap, ada penghangat tungku, dapur, snack, kamar mandi, dua kamar tidur, kamar sholat, ruang tamu, haha, lebih asyik pastinya serumah satu keluarga. Nama mbak-mbak tadi itu Mbak Siti, maskerannya masih utuh ditutup, padahal gak debu tuh, bikin curiga dan penasaran ajah tuh tingkah laku mbak Siti.
Istirahat dulu sebentar, sholat, dan kembali ke tujuan awal.
Ke Kawah Sikidang!!!!!
MACET.
PARAH.
Sudah terlalu siang sepertinya, suasananya jadi lebih ramai dan jalan menuju situs itu macet. Bisa dibilang juga mungkin kawah ini adalah tempat favoritnya para pelancong, lebih ramai dibanding Kawah Sileri tadi. Saat menjajakan kaki di parkiran yang berjarak dekat dengan kawah, wow, pemandangan yang belum pernah kulihat sebelumnya #aduhyaiyalahbarupertamakalijugakeDieng#
Kawasan kawah ini memang lebih ramai, terbukti karena para pedagang jauh lebih banyak dan bedanya lagi ada street performance disini, mulai dari yang tradisional sampe modern kayak badut karakter walt disney. Dan kawasan ini full banyak asap putih dimana-mana. Oke hipotesis sekarang, bau belerang, udara lebih dingin, dan waspada. Ini nih, serasa berjalan diatas kawah. Sepanjang menginjakkan kaki di tanah berpasir dan berpatu ini, rasanya seperti mau ambles, ada bunyi-bunyian gas pula, ditambah lagi tanah yang berongga juga mengeluarkan asap, hiiiiii bisa kebayang gak sih jarak antara permukaan yang kita injak dengan gas di dalam sana? Membayangkan kalau tiba-tiba tanahnya ambles dan jadi kawah ....
Tapi emang bener, disini banyak kubangan air mengeluarkan asap seperti layaknya bekas kawah. Ngeri juga ...
Oke, di pojok sana, adalah kawahnya #nunjukapasih?# yah kawah yang ukurannya paling besar, bentar tak uploadin fotonya ...
SYUTTTT
Foto yang kiri paling atas yang asapnya ngebul-ngebul, kalau di zoom jadinya kayak foto yang kanan paling bawah. Blubuk airnya lebih fantastis dari yang di Kawah Sileri tadi. Disini masker dibutuhkan, bau sulfurnya itu lebih menyengat dan menusuk-nusuk hidung. Terus jalan mendekat, semakin dekat, dan akhirnya sampai juga di kawah yang paling besar, bernama SIKIDANG.
Ingin menambah pengalaman dan tantangan, akhirnya kita sekeluarga menaiki bukit. TERJAL. BEBATUAN. BERPASIR. #ingatfilm5cm# yah, belum apa-apa itu mah, masih normal, belum seterjal puncak Mahameru, hahaha ...
Mati-matian berusaha naik ke bukit setelah melawan rasa takut dan kepeleset berkali-kali, akhirnya sampai diatas bukit. Melihat seluruh penjuru di kawasan kawah ini ...
Fotonya kelihatan biasa aja, tapi ini diambil diatas bukit. Disana ada pesawat remote control yang sepertinya membawa camera kecil, mungkin untuk memantau aktivitas para pelancong atau mungkin aktivitas kawah. Nah, waktu turun dari bukit ini, sempat ada insiden, menahan berat badan agar tidak terpeleset pasir yang licin, kita diharuskan mengambil jalan bebatuan dan jenis sepatu juga mempengaruhi. Umiku yang pake sandal, terpeleset dan nyaris jatuh terseok-seok #bukanguling-guling#, melihat umi begitu, abi langsung spontan mengejar umi dan melepaskan gandengan tangannya terhadap adik kecilku, untungnya adikku itu seimbang, sehingga ia masih utuh aja tuh berdiri tegak. Perjuangan abi tidak sia-sia meski abi sendiri sempat kepeleset, untungnya umi dan abi aman-aman aja, dan akhirnya abi protect terus sama umi, khawatir nanti kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dan aku menggandenga adik kecilku.
Pose terakhir di kawah ini adalah foto bersama kuda. Gak tahu apa yang bikin spesial, yang jelas ini adalah pemotretan yang terakhir, foto penutupan untuk meninggalkan kawah.
TO BE CONTINUED
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar