Sabtu, 28 Desember 2013

Barbies Fashion - Bun Today

Untidy ...
Found barbies when I had cleaned the room. Under the teak bench, there was a box full of barbie dresses, but I didn't find the barbies. I shouted Farah (my little sister), "Farah, where did you put the barbies?"

She answered with snap intonation, "In my red bag."

Okay, I and Nana found three barbies, but there wasn't any mine, so I asked once again to Farah, "Did you see my barbies? Mermaid and coarse hair?"

Again, she shouted me, "No, I didn't. I am not playing your barbies at all."

Fine, I believed that my little sister lied to me. Two of my favorite barbies must be played by her. No wonder, I am sure that she had hidden my barbies. So we tried to search by ourselves, and finally we only got one barbie, my Mermaid. A few minutes letter, I got one again, but it was not my coarse hair, it was the cheap one. Yeah, no problem.

Look at all barbies, really in a mess. The hair was so terrible, like a lion. So we must make over all the barbies. Look of the day, BUN.

Dress, check it. Make up, check it. Accessories, check it. Hair bun, check it. Show up, FASHION BARBIES - BUN TODAY.

What do you think is the best style for Fashion Barbies?


"Look at us, beautiful and glamour!"




Keep your sweet smile, smile like models.




Queen Dazzle




Roseate




Madame Exo




Lolita




Blossom







Nosegay of White Edelweiss

Untidy ...
My house looks terrible. Mother asked me to move all the books in my personal bookcase. Look, what did I find? I found a nosegay of edelweiss, perennial flower. My sister bought it for forty thousand rupiahs and it was bought from florist in Dieng Plateau, Central Java, Indonesia.

My sister likes something weird, weird stuff. When her eyes stared at something that she thought 'it is unique' then she would try to get and have it. "It must be mine," she said that word with passion. I just shrug, "Do it! Asked umi to have some money, then buy it." I adviced her.

With sparkling eyes, stared at beautiful nosegay, white edelweiss, she asked the florist for the price and report about it to mother, asked for opinions, then they decided to bargain the price. Okay, edelweiss now is being ours. My sister smiled and said such a wonderful words, "Edelweiss is perennial flower. The florist took it from high peak of mountain. And now, without climb for reaching the high peak, I can have it for cheap cost. Luckily."

Thanks God, it is also my first time to see this nosegay. Beautiful, charming, elegant, white perennial flower. EDELWEISS.

#notes from Dieng Plateau#visitIndonesia



Jumat, 27 Desember 2013

WOWWWWW
Sebenarnya aku rada kaget, kesurupan apa coba tiba-tiba pengen editing video, WHAHAHAHAHA ... Video di post sebelumnya itu originally tanganku, menurutku sendiri sih masih aneh, acak-acakan, kacau, jelek pulak #jelekinhasilsendiri# tapi ada rasa bahagia dan puas tiap berhasil menyelesaikan editing video. Kalau belum selese, rasanya hati jadi galau nan tersendat-sendat #alay# tapi memang iya sih, pengennya itu cepetan diselesein dan hasilnya perfect #PLAK# ngimpi aja sanah!

Se-perfect apapun, tetap saja tak bisa mengalahkan para editor profesional. Hasil mereka four thumbs dibandingkan sama aku yang belum ada apa-apanya, haha, levelku mah masih jauuuuuhhhh di bawah tangga, meraih puncaknya saja sudah bikin ngos-ngosan #ngomonginapasih#

Sebenarnya hobi kayak ginian itu dah dari dulu sih, gak kepengen jadi editor, cuma iseng pengen ngedit aja #kebiasaangakadakerjaanlain# Awalnya seneng buat movie maker, pake software windows movie maker yang sudah tersedia di laptop, terus ngedit foto jadi video, yah kayak gitu lah, standar banget kan, mainstream pulak.

Nah semakin kesini-kesini, aku mulai debut pertama mengedit full video, bukan foto --> video lagi. Lah ini nih, tantangan, challenge gitu loh, ternyata susah-susah gampang, senang-senang stress. Jadi gini nih cerita mulanya :

Suatu hari, aku membuka youtube dan mencari video yang berbau Kanata Hongo dan aktor aktris jepang kesukaanku. Entah kena mantra apa, setiap ngeliat video editan mereka semua (para editor) terlihat cool, keren, bagus,  mereka ngeditnya tingkat tinggi banget. Mereka kebanyakan bikin grup seperti Mayunata (Mayuko Fukuda x Kanata Hongo) atau Kamishi (Kamiki Ryunosuke x Shida Mirai) atau Mayushi atau apalagi tuh, jadi grup-grup seperti itu suka ngedit video baik yang diambil dari video clip, movie, dorama, lalu di crop dan disambung-sambungkan lalu ... #-_-"# intinya itu dari movie yang berbeda bisa menjadi suatu video yang memiliki rangkaian cerita yang nyambung, dan itu keren banget. Itulah inspirasi pertamaku, berkat mereka-mereka hobi anehku akhirnya bangkit.

Jujur saja, setelah mencoba berkali-kali, ngedit full video itu lebih susah, udah kayak gitu kadang alur ceritanya acak-acakan, perbedaan background film juga bikin kacau, tapi kalau sudah diniatin aku gak akan mengalah, pokoknya harus sampai kelar, meskipun gak perfect sih, no problem, just for hobby.

Dan ...
Barusan aja dua jam yang lalu aku berhasil meng-upload video perdana, yahhhuuuuu !!!!!! Bikinnya aja dari kemaren sih, tersendat-sendat dan sukses jadinya, meski gak perfect, setidaknya di bawahnya perfect lah, haha. Dan aku paling suka ngedit trailer film, pemerannya yang tak ganti, ahayyy, asyik banget pertama ngeliatnya, ngguyu-ngguyu sendiri, cengengesan, hanya gara-gara SUKSES MEMBUAT TRAILER DENGAN ALUR CERITA BERBEDA DAN DENGAN ARTIS KESAYANGANKU. Langsung saja, ini dia perdana video-video dari sekian banyak hasil editing video. ENJOY WATCHING, HOPE YOU LIKE IT!

Just for fun ^_^
a parody trailer of "Confessions of a Shopaholic"
Cast from Itazura na Kiss
Please, subscribe!




i really love both of them, Kanata Hongo and Mayuko Fukuda. This video is parody of trailer The Art of Getting By. Fanmade.

Rabu, 25 Desember 2013

Check OUT this videos!

Halo halo,
Recently, I have been uploaded many videos on youtube. By the way,  video yang baru saja ku-upload ini adalah FANMADE VIDEO. The casts are Mayuko Fukuda, Kanata Hongo, Ei Morisako, Shintaro Morimoto, and Maika Yamamoto. Setelah nungguin nyampe berjam-jam, akhirnya kelar juga. Oke, check out this videos! Enjoy watching, hope you like it.

Dan dua videonya lagi, silakan check: "Winter Love" dan "When You're Ready Come and Get It"


Senin, 14 Oktober 2013

Resensi Buku


AA. IDENTITAS BUKU
Judul Buku                    : Pekalongan Inspirasi Indonesia
Penulis                         : Abhan Misbach, dkk.
Penerbit                        : Pemerintah Daerah Pekalongan bekerja sama dengan
                                      The Pekalongan Institute & Kirana Pustaka Indonesia.
Tahun Terbit                  : Cetakan I, April 2008.
Tebal Buku                    : 457 halaman.
Nomor ISBN                  : 979111885-x

BB. JUDUL RESENSI
Citra Pekalongan dalam Sepotong Kenangan
CC. IKHTISAR ISI BUKU
Pekalongan, kota di pesisir utara Jawa Tengah ini memiliki banyak kebudayaan dan keunikan. Bahasanya yang khas antara bahasa jawa halus dengan bahasa jawa ngoko, membuat bahasa Pekalongan nampak beda dari bahasa jawa kebanyakan. Makanan tradisionalya adalah megono dan taoto. Masyarakatnya bekerja di bidang pertanian, perikanan, dan perindustrian batik. Tidak hanya insutri batik saja yang berkembang, bahkan Pekalongan berhasil membuat brand ternama yang mendunia dengan hasilnya berupa sarung tenun ‘Gajah Duduk’. Mendunianya brand tersebut menjadi cikal untuk meningkatkan citra Pekalongan agar terus mengembangkan brand-brand ternama lainnya.
Sukses dalam bidang perindustrian, Pekalongan juga kembali membawa namanya tersebut ke tingkat nasional dengan membangun Museum Batik. Museum tersebut dibangun sebagai perwujudan masyarakat Pekalongan yang menganggap bahwa membatik adalah bagian dari kehidupannya. Pembangunan Museum Batik yang tak mudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan juga para aktivis batik ini awalnya hanyalah rumah biasa dan sempat berpindah dari lokasi yang satu ke lokasi yang lainnya. Setelah usaha pemerintah dan para aktivis batik yang terus menerus didukung oleh masyarakat pecinta batik, pengusaha batik, dan dukungan dari pihak lainnya, akhirnya Pekalongan berhasil membangun sebuah museum bertaraf nasional yang diresmikan pada tanggal 12 Juli 2006 oleh Presiden Indonesia secara langsung yang hadir di Pekalongan bersama ibu negara, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono. Sebuah kebanggaan karena setelah terbentuknya museum ini, banyak para kolektor batik yang menyumbangkan batik-batiknya untuk dipamerkan dan dijadikan aset milik Museum Batik.
Dibalik kuseksesan tersebut, ternyata informasi yang berkaitan dengan Pekalongan masih sulit ditemukan di situs-situs internet. Hal ini tentu menyusahkan para wisatawan ataupun orang-orang yang akan mengunjungi Pekalongan sebagai kota batik dunia. Penyediaan informasi tentang Pekalongan tidak hanya dibutuhkan untuk mempermudah pencarian informasi tentang seluk beluk Pekalongan, tetapi juga berarti bagi catatan sejarah terhadap apa yang terjadi di Kota Pekalongan selama ini. Untuk mendokumentasikan catatan-catatan penting tersebut, maka peran perpustakaan sangat berharga sebagai tempat penyimpanan arsip budaya-budaya dan penghubung komunikasi antara masyarakat dan pemerintah.
Kurangnya promosi melalui bidang teknologi juga dimungkinkan karena fasilitas internet yang sudah ada kurang diminati oleh masyarakat dalam mendokumentasikan ataupun membuat tulisan tentang Pekalongan. Faktor lainnya yang memungkinkan adalah karena ketertinggalan Indonesia dalam hal teknologi.
DD. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
Buku “Pekalongan Inspirasi Indonesia” merupakan buku kumpulan kisah inspiratif yang dikarang oleh Abhan Misbach, dkk. Buku terbitan dari Pemerintah Kota Pekalongan ini termasuk salah satu jenis buku non fiksi yang memuat kisah-kisah berdasar pengalaman para penulis yang ditulis dalam bentuk kisah inspiratif.
Buku ini memuat bab-bab yang mengisahkan seputar Pekalongan, kehidupan sosial, masyarakat, dan budayanya. Diantara banyaknya bab-bab tersebut, bab “Citra Pekalongan dalam Sepotong Kenangan” merupakan bab yang akan diresensi. Pada bab ini juga masih terdapat subbab-subbab, diantaranya adalah :
1.     Dengan Pengelolaan Informasi yang Sistematis : Pekalongan Bukan Sebatas Kota Kenangan oleh Labibah Zain Yahya, M.A.
2.     Gajah Duduk dan Citra Kota Pekalongan oleh Maryati, S.H, M.Si.
3.     Selayang Pandang Museum Batik di Pekalongan oleh Ir. MM. Sumarni, M.M.
4.     “Click” untuk Pekalongan oleh Muhammad Ani Sofyan.
Buku dengan tebal 457 halaman ini merupakan karya asli dari para penulis yang didasarkan pada kebenaran tentang Kota Pekalongan dan kehidupan masyarakatnya. Sampul buku ini sangat menarik dengan warna netral nan tegas, hitam, putih, merah. Warna tersebut cukup untuk membuat para pembaca yang melihat sekilas sampul ini akan langsung tertarik dan penasaran dengan warna sampul yang terlihat berani dan tegas tersebut. Selain warna latar sampul, gambar yang tertata pada sampul juga tidak terlalu ramai, terlihat simple tapi juga mengisyaratkan ‘mewah’ dengan gambar abstraknya.
Kertas yang digunakan dalam buku tersebut merupakan kertas putih. Kertas untuk sampul buku juga dibuat lebih tebal sehingga menjaga buku dari kerusakan seperti robek ataupun terlipat. Tulisan terketik rapi dengan susunan yang teratur, namun ada beberapa penulisan yang kurang jelas cetakannya dan adapula beberapa kesalahan dalam pengetikan, sehingga membuat para pembaca sedikit bingung dalam memahaminya.
Pada subbab Dengan Pengelolaan Informasi yang Sistematis : Pekalongan Bukan Sebatas Kota Kenangan oleh Labibah Zain Yahya, M.A terdapat cukup banyak jargon komputer yang berhubungan dengan internet. Tidak hanya itu, pada subbab ini, cerpenis pecinta theater tersebut juga banyak menggunakan kata-kata dalam bahasa jawa yang tidak dijelaskan maksud dari kata tersebut. Hal ini tentu membuat para pembaca semakin bingung dengan adanya jargon-jargon tersebut, baik jargon dalam bahasa inggris maupun dalam bahasa jawa. Pustakawan yang lahir di Klego tersebut juga menjelaskan masalah-masalah yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas internet sebagai upaya untuk menunjang pariwisata dan dokumentasi Kota Pekalongan. Kecintaannya dalam dunia internet dan menulis, berhasil menarik perhatian para generasi muda untuk terus mengembangkan Pekalongan dengan memanfaatkan fasilitas internet, seperti tercapainya pembangunan perpustakaan digital oleh Perpustakaan Pekalongan.
“Click” untuk Pekalongan oleh Muhammad Ani Sofyan juga menggunakan beberapa jargon dalam bidang teknologi. Dengan banyaknya penggunaan jargon tersebut, pembaca akan sulit memahami dan sukar menerimanya. Praktisi Teknologi Informasi tersebut juga menerangkan sisi Pekalongan dilihat dari perkembangan ilmu di bidang teknologi. Pria kelahiran 1973 yang menjadi Penggerak open source di Pekalongan tersebut memberi banyak inspirasi untuk kemajuan Kota Pekalongan dengan memanfaatkan teknologi, baik di bidang pendidikan, pemerintah, maupun sumber dayanya.
Lain halnya dengan subbab Gajah Duduk dan Citra Kota Pekalongan oleh Maryati, S.H, M.Si. dan Selayang Pandang Museum Batik di Pekalongan oleh Ir. MM. Sumarni, M.M. yang menuliskan kisah-kisah inspiratif dengan menggunakan bahasa sehari-hari yang segar dan tidak membuat para pembaca bertanya-tanya. Bahasanya jelas dan mudah dipahami oleh pembaca awam, terasa ringan tapi juga berbobot setiap katanya, membuat pembaca yang membacanya tahu akan maksud yang disampaikan penulis dalam kisahnya tersebut.
Dalam subbab Gajah Duduk dan Citra Kota Pekalongan, perempuan yang menjabat sebagai Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemda Kota Pekalongan tersebut memberikan inspirasi kemajuan Pekalongan dalam sektor industrinya, ia juga menegaskan bahwa Pekalongan harus bangga menjadi kota dengan industri batik terbesar di Indonesia bahkan di dunia.
Ir. MM. Sumarni dalam subbab Selayang Pandang Museum Batik juga memberikan informasi yang lengkap, rinci, dan jelas mengenai jalan pembangunan Museum Batik dari masa ke masa.
Keempat subbab dalam bab “Citra Pekalongan dalam Sepotong Kenangan” memiliki ciri khas para penulisnya dalam menuliskan kisah-kisahnya tersebut. Semua subbab kisah tersebut memberikan ide-ide segar untuk menginspirasi para generasi muda dalam menghadapi masalah-masalah seputar perkembangan zaman yang akan menimpa Pekalongan. Para penulis juga menyampaikan ide-ide mereka dan memberikan pesan positif kepada masyarakat Pekalongan untuk bangga terhadap Pekalongan dan tetap menjaga citra serta keutuhan budaya dan sosial masyarakatnya.
Buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh pembaca segala umur. Buku ini banyak memuat kisah-kisah inspiratif yang membangun sikap kejiwaan dan cinta tanah air bagi yang membacanya untuk terus mengeluarkan ide dan inspirasiya untuk membangun Pekalongan. Inspirasi tersebut tidak hanya untuk membangun Pekalongan, tetapi juga untuk membangun Indonesia dengan segala keragaman budayanya.

BY : Aldeka Kamilia Mufidah

Jumat, 16 Agustus 2013

Notes from Dieng Plateau #VisitIndonesia

LATEPOST

Liburan lebaran, oke sekitar tanggal 1 Agustus - 16 Agustus 2013, sedikit telat untuk memposting tentang liburan. Sebenarnya gak telat, karena malam tanggal 12 Agustus aku dan keluarga baru saja sampai di rumah. Baru pulang dari Dieng booo ....

Memberi info sekaligus promosi bahwa liburan itu GAK HARUS MAHAL ke luar negeri atau jauh-jauh dari rumah, aku sekeluarga memutuskan bermusyawarah untuk mengunjungi Dieng setelah sebelumnya liburan ke Jogja. Awalnya aku gak ada niat kesana, tapi akhirnya penasaran juga.

Rencana liburan ke Dieng dari tanggal 11-12 Agustus, jadi aku sekeluarga akan menginap disana. Sebelum kesana, aku ditugasi abi untuk menge-cek kondisi Dieng, apakah aman atau masih dalam status bahaya (mengingat gas beracun yang sebelumnya pernah semarak), dan statusnya sekarang AMAN. Selain itu, adikku juga menge-cek kondisi dan geografis wilayahnya, karena di internet banyak memberikan info bahwa suhu di Dieng pada malam hari bias mencapai 10 derajat. Bahkan pada bulan Juli-Agustus saat musim kemarau, suhu di pagi hari bisa mencapai 0 derajat. Persiapan sekeluarga adalah JAKET DAN BAJU HANGAT *DI UNDERLINE,BOLD SAMA ITALIC yang banyak. Toh biar gak pingsan gara-gara hipotermia. Setelah mempersiapkan bekal, siap-siap tidur ...


FIRST DAY

11 Agustus 2013
NIH, HARI NI KITA SEMANGAT BANGET BUAT BANGUN PAGI, BIASANYA BANGUN NGELANTUR SAMPE SIANG. *UPS..KE PENCET capslock.
Bangun sekita pukul 5.15 pagi. Mandi, shalat, sarapan, dan siap-siap sampai pukul 6.45
Pukul itu juga kita sekeluarga berangkat, Let's Go! senang bukan kepalang, di+, Abi ngambil jalur cepat melalui hutan-hutan, bukit naik turun, yang pokoknya enak gitu deh, tau kan?rasanya kayak naik bukit gitu deh....#Apalah. jadi sepanjang berjalanan kita pakai AC alami, bener deh, anginnya sejukk....tanpa ada polusi. Bagian sini nih adegan paling menyenangkan, di situ aku buka jendela mobil, sekitar hamper 1/2 dari jendela. Itu angin sempriwing....nyampe kerudung bergoyang-goyang kayak bendera merah putih kalau lagi di atas tiang 17m. Hahaha...Adegannya gini nih, sambil menatap keluar, ditemani angin sempriwing-iwing, menatap keluar sambil senyum-senyum, maksudnya kayak di film-film itu loh..tepatnya film petualangan, pas adegan filmnya baru mulai kan ada pembukaannya. terus biasanya kayak gitu pembukaannya.

Oke,,,back to the topic. Perjalanan dari rumah(daerah Sragi) sampai Dieng sekitar 4 jam, itupun masih kena macet di pasar-pasar.

Setelah melewati pasar, akhirnya perjalanan kembali lancar. SINGKAT CERITA. Akhirnya, kita sekeluarga sampai di kompleks Dieng. Yah, Dieng itu masuk ke lima atau empat ya, ah kayaknya empat #LUPA# wilayah, wilayah Batang, Banjarnegara, Kendal, dan Wonosobo (semoga bener). Yah, kalau menurut aku yang bikin Dieng beda dari dataran tinggi lainnya adalah, Dieng itu memiliki banyak terasering yang berwarna-warni, mulai dari hijau sampai coklat. Melihat kanan-kiri jalan yang penuh dengan bukit-bukit tinggi berterasering itu, kesan pertamaku adalah 'Subhanallah, masyaAllah, indahnya ...' hahaha. Dataran Dieng ini terletak di tengah-tengah lingkaran perbukitan, jadi kalau dilihat dari central Dieng-nya serasa terkurung di penjara berdinding pegunungan berterasering itu.


Daerah Dieng kali ini rame, rame banget, yaiyalah liburan, plat mobil B semua, hahaha, aku sekeluarga juga termasuk pelancong ber-plat G #PLAK#. Nah, destination pertama ini kita mampir dulu ke Sumur Jalatunda. Well, aku gak tahu apa-apa tentang objek wisata disini, dan untungnya abiku pernah sekali mengunjungi Dieng meskipun dah lama banget, tahun 80-an, dan abiku sempat bingung nyari jalan menuju Sumur Jalatunda, katanya sih banyak yang beda dari Dieng tahun 80-an sama Dieng abad sekarang ini #perkembanganzaman#.

Tenang, akhirnya nyampe juga kok di Sumur Jalatunda. Deg-degan nih waktu naik tangga menuju ke sumurnya, dan aku berpikir, namanya 'sumur' mesti kan ada katrol sama ember tuh, kira-kira Sumur Jalatunda gitu juga gak ya?

Eh, sampe disana ternyata sumurnya itu dalem, aduh gimana ya jelasinnya, maksudnya itu bukan kayak sumur rumahan yang ada katrol dan embernya seperti pikiranku sebelumnya, tapi lebih mirip sama kubangan bekas kawah yang dalam dan lebarrrrrrrrr sekaleeee.


Ya kan? Bayanganku tentang katrol dan ember langsung melayang jauhhhh melihat fisik sumurnya yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari jalan pikiranku. Disana ada banyak penjual batu, awalnya aku berpikir dan nanya-nanya tuh sama abiku, oh ternyata batu itu dijual buat dilemparin ke sumur. Nah lo, sekarang muncul lagi pertanyaan yang lebih rumit, buat apa lagi tuh batu dilempar ke sumur segala?

          "OOOOOHHHH, buat ngecek seberapa lebar sumurnya itu."
Aku ngelempar mah gak ada seperempat lebar sumurnya, dan nyaris orang-orang yang ngelempar kesitu emang kagak pernah sampai ke tepian sumur di seberang sana, hebat juga tuh, kelihatannya sih kecil, tapi kemungkinan lebarnya bisa nyampe ratusan meter kali ya, atau 1 km? #PLAK#

Yang jelas, ... YA ITU SUMUR. Jadi gak bisa lama-lama meratapi sumur terus, akhirnya kita pindah destination berikutnya. Keunikan yang kudapat dari sumur itu, lebar dan dalam, curam, dan airnya hijau, kayaknya mungkin bekas kawah dulunya kali ya??? #bingungjugayangnulis#

Turun turun, ada penjual bambu, terus? Abi katut deh, abiku langsung lihat-lihat tuh bambu khas Dieng yang melitut-litut, aduh kan, gini loh maksudnya sekat bambunya itu unik gitu, berliku-liku seperti pahatan. Kalau sudah berhubungan dengan yang langka-langka gini biasanya abi paling lama milihnya, nawar-nawar dulu, cari kualitas yang paling bagus, model yang paling bagus, dan akhirnya baru BELI.



Rencananya, kita sekeluarga itu pengen ngunjungi semua situs yang ada di Dieng, tapi toh gak semuanya kesampaian akhirnya. Beberapa memang ada situs yang dilarang karena bahaya, pernah dengan kan tragedi Sinila, nama itu memang nama kawah terkenal mengandung gas beracun, sama halnya dengan kawah Timbang yang memang selalu mengeluarkan gas CO2. Tidak hanya itu, kawah-kawah yang medannya sulit dijangkau pun menjadi alasan kedua karena aku sekeluarga toh gak mau ambil resikonya, akhirnya kita terpaksa gak kesana, apa tuh nama kawahnya, lupa juga ... hehehehe

Kembali perjalanan menuju destination berikutnya, melihat pandangan yang menyejukkan mata tiap perjalanan, akhirnya aku dan kedua adikku memutuskan untuk turun sebentar dan foto-foto ... #biasaanakmuda#


Haha, kayak bebek dilepas dari kandangnya ...
Next Destination.
Sileri Crater.
Okeoke, kawah Sileri. Deg-degan? Gak kok biasah aja, pikiranku tentang katrol dan ember pun sudah terbang jauh. Setidaknya karena namanya 'kawah' bukan 'sumur' aku bisa berpikir lebih jernih kalau 'kawah' pasti panas, mengeluarkan asap, bau belerang, ... siiip itu jalan pikiranku.

Benar ternyata, jalan pikiranku betul, HAHAHAHA.
Bau belerangnya sih gak nyengat amat, cuma fisik kawahnya ini berwana hitam. Kelihatan di mataku berwarna hitam, umbluk-umbluk seperti air mendidih, dan tentunya bersuhu diatas lima puluh derajat.


Belum puas lihat dari jauh, oke langsung saja kita susul kesana ...
TURUN TURUN MENURUNI TANGGA


Wow, ternyata bau sulfurnya lebih pekat di hidung waktu mau berjalan lebih dekat ke kawahnya. So, umi yang sudah siap bawa masker, langsung saja kita pake. Setelah kira-kira berada empat meter dari bibir kawah dan foto-foto, akhirnya kembali lagi naik lewat tangga. Melihat keatas sana rasanya malah jadi gak sanggup buat naik, hahaha, payah ya, tapi kalau ngeliat kebawah, gak terasa kalau tiba-tiba dah ada diatas. #gakpenting#.

SYUTTT
Perjalanan balik ke jalan lebar, (waktu ke kawah sileri kan masuk ke jalan kecil) abiku penasaran sama geothermal yang ada di kawasan tersebut. Turun dan jalan mendekati kawasan geothermal. Melihat ada plang warna merah bergambar tengkorak bertuliskan 'AWAS GAS BERACUN!' aku dan adikku udah ketakutan duluan, tapi abiku tetap aja nyeret kita-kita, maksud plang itu mungkin kawasan di dalam sana bukan di luarnya. Pastinya ...

Biasah lah, mesti cuma numpang ngambil background doang. Bangga foto di samping plang 'AWAS GAS BERACUN!' hahaha, kebiasaan lah, bukan kebiasaan lagi, membudaya yang namanya foto-foto #ahapaansihgaknyambung#


#MULAIPEGELNGETIK# nah kan capslock jadinya ... #apahubungannya?#
Tujuan ketiga, rencananya ya mau ke Kompleks Candi, Kawah Sikidang, dan Telaga Warna, tapi ternyata yang Telaga Warna kagak kesampaian di hari pertama, dapat kloter hari kedua nanti. Alasannya, waktu masuk ke wilayah candi, disitu ada mbak misterius bercadar, halah maksudnya maskeran, terus dia nawarin homestay rumahan, bukan homestay kamaran. Dia nawarin permalam cuma Rp 400.000,00. Yah, pokoknya jurus sakti mempromosikan homestay miliknya yang membuat kita akhirnya mau juga milih homestay mbak nya itu. Akhirnya kepotong tuh perjalanannya, dan dialihkan menuju homestay di kawasan Dieng, #yaiyalah# maksudnya lokasinya itu strategis, deket sama situs candi, sikidang, dan telaga warna, malahan mbaknya ngasih tahu situs-situs lainnya, ada DPT (Dieng Plateau Theater) kayak bioskop, terus nyaranin buat liat sunrise di Puncak Sikunir, dll ...

Akhirnya, sampe di homestay berbentuk rumah #yaiyalah# catnya ungu. Tempatnya bersih dan lumayan bagus untuk seukuran rumah di pegunungan, fasilitas lengkap, ada penghangat tungku, dapur, snack, kamar mandi, dua kamar tidur, kamar sholat, ruang tamu, haha, lebih asyik pastinya serumah satu keluarga. Nama mbak-mbak tadi itu Mbak Siti, maskerannya masih utuh ditutup, padahal gak debu tuh, bikin curiga dan penasaran ajah tuh tingkah laku mbak Siti.

Istirahat dulu sebentar, sholat, dan kembali ke tujuan awal.
Ke Kawah Sikidang!!!!!
MACET.
PARAH.
Sudah terlalu siang sepertinya, suasananya jadi lebih ramai dan jalan menuju situs itu macet. Bisa dibilang juga mungkin kawah ini adalah tempat favoritnya para pelancong, lebih ramai dibanding Kawah Sileri tadi. Saat menjajakan kaki di parkiran yang berjarak dekat dengan kawah, wow, pemandangan yang belum pernah kulihat sebelumnya #aduhyaiyalahbarupertamakalijugakeDieng#

Kawasan kawah ini memang lebih ramai, terbukti karena para pedagang jauh lebih banyak dan bedanya lagi ada street performance disini, mulai dari yang tradisional sampe modern kayak badut karakter walt disney. Dan kawasan ini full banyak asap putih dimana-mana. Oke hipotesis sekarang, bau belerang, udara lebih dingin, dan waspada. Ini nih, serasa berjalan diatas kawah. Sepanjang menginjakkan kaki di tanah berpasir dan berpatu ini, rasanya seperti mau ambles, ada bunyi-bunyian gas pula, ditambah lagi tanah yang berongga juga mengeluarkan asap, hiiiiii bisa kebayang gak sih jarak antara permukaan yang kita injak dengan gas di dalam sana? Membayangkan kalau tiba-tiba tanahnya ambles dan jadi kawah ....
Tapi emang bener, disini banyak kubangan air mengeluarkan asap seperti layaknya bekas kawah. Ngeri juga ...

Oke, di pojok sana, adalah kawahnya #nunjukapasih?# yah kawah yang ukurannya paling besar, bentar tak uploadin fotonya ...
SYUTTTT


Foto yang kiri paling atas yang asapnya ngebul-ngebul, kalau di zoom jadinya kayak foto yang kanan paling bawah. Blubuk airnya lebih fantastis dari yang di Kawah Sileri tadi. Disini masker dibutuhkan, bau sulfurnya itu lebih menyengat dan menusuk-nusuk hidung. Terus jalan mendekat, semakin dekat, dan akhirnya sampai juga di kawah yang paling besar, bernama SIKIDANG.


Ingin menambah pengalaman dan tantangan, akhirnya kita sekeluarga menaiki bukit. TERJAL. BEBATUAN. BERPASIR. #ingatfilm5cm# yah, belum apa-apa itu mah, masih normal, belum seterjal puncak Mahameru, hahaha ...
Mati-matian berusaha naik ke bukit setelah melawan rasa takut dan kepeleset berkali-kali, akhirnya sampai diatas bukit. Melihat seluruh penjuru di kawasan kawah ini ...


Fotonya kelihatan biasa aja, tapi ini diambil diatas bukit. Disana ada pesawat remote control yang sepertinya membawa camera kecil, mungkin untuk memantau aktivitas para pelancong atau mungkin aktivitas kawah. Nah, waktu turun dari bukit ini, sempat ada insiden, menahan berat badan agar tidak terpeleset pasir yang licin, kita diharuskan mengambil jalan bebatuan dan jenis sepatu juga mempengaruhi. Umiku yang pake sandal, terpeleset dan nyaris jatuh terseok-seok #bukanguling-guling#, melihat umi begitu, abi langsung spontan mengejar umi dan melepaskan gandengan tangannya terhadap adik kecilku, untungnya adikku itu seimbang, sehingga ia masih utuh aja tuh berdiri tegak. Perjuangan abi tidak sia-sia meski abi sendiri sempat kepeleset, untungnya umi dan abi aman-aman aja, dan akhirnya abi protect terus sama umi, khawatir nanti kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dan aku menggandenga adik kecilku.

Pose terakhir di kawah ini adalah foto bersama kuda. Gak tahu apa yang bikin spesial, yang jelas ini adalah pemotretan yang terakhir, foto penutupan untuk meninggalkan kawah.




TO BE CONTINUED

Sabtu, 22 Juni 2013

LOVE J


Hei hei ...
Baru-baru kali ini, aku lagi kesambet virus serba J, mulai dari J-pop, J-actor, J-dorama, dll,,, seneng banget rasanya aku punya gaya ngefans tersendiri. Dimana kebanyakan orang-orang justru deman K, aku justru demam tinggi J. haha ... lupakan #PLAK!

AWALNYA ... sorry caps kepencet ...
Awalnya, aku memang udah suka sama J-Pop, terutama sama YUI. Lagunya keren dan beda dari yang lain, liriknya juga penuh makna. Lalu, pertama kali aku seneng sama J-dorama and artis-artis Jepang gara-gara ada seorang temen yang memperkenalkanku sama Kanata Hongo lewat dorama Seigi no Mikata. Dulunya sih gak suka sama Kanata-kun, tapi lama kelamaan mulai tumbuh juga tuh rasa seneng sama dia (seneng dalam arti seneng aktingnya lohhh) keren? iya banget, apalagi pas dikasih film Gantz sama temenku, arghhhh aktingnya Kanata-kun tuh gak nahanin, keren and super dinginnnn .... dan ternyata Kanata itu pernah jadi model MV lagu YUI yang judulnya Tomorrow's Way yang memang dulu aku sempat berpikir, 'imut banget dia ...' ternyata itu Kanata waktu masih kecil, unyu unyu ...

Lalu, aku mulai ketagihan film-film Jepang lainnya and dorama-doramanya juga. Waktu itu aku lagi gereget nonton Death Note, pemainnya Kennichi Matsuyama, karena aktingnya yang keren, langsung check di google, wowww, jadi ngefans juga sama MatsuKen. Terus ... di L Change The World kan ada pemeran anak perempuan kecil berambut pendek itu kan, aku sempet kehipnotis sama aktingnya yang keren ... keren banget untuk seukuran anak kecil se-dia, langsung searching di google ... wowww ternyata dia adalah Mayuko Fukuda. Gara-gara aktingnya yang memikat di L Change The World, aku langsung nyerbu download dorama and film-film yang dibintanginya, Little DJ, Heaven's Door, Q10, dan dari film-film tersebut, aku juga penasaran sama pemain-pemain lainnya dan terus sampai sekarang, ada 1,2,3, ahh banyak pokoknya J-actor yang kukagumi ...

1. Kanata Hongo



2. Kennichi Matsuyama
                                                        with Mayuko Fukuda


3. Kento Hayashi

Hayashi Kento juga jadi model MV lagu YUI yang Laugh Away sama Summer Song, kakoii ...


4. Kamiki Ryunosuke
   
suka dia waktu berperan sebagai Kyuu di Tantei Gakuen Q dan di Little DJ bareng Mayuko Fukuda, dia juga voice actor anime-anime, kayak Karigurashi no Arrietty.


5. Haruma Miura

pertama kali liat akting dia di Kimi ni Todoke, gara-gara senyumnya yang manis ....

6. Yamada Ryosuke
pertama kali kaget, gara-gara liat Tantei Gakuen Q

7. Mayuko Fukuda
kyaaaa, aku sukkaaaa banget sama aktingnya, alisnya, senyumnya, malunya, imutimut kawaii ... super talented actreess, menurutuku ... 

8. YUI

9. Misako Renbutsu
terpesona sama wajahnya yang kyutttt waktu berperan di Kimi ni Todoke

10. Shida Mirai
kenal pertama kali di Seigi no Mikata, aktingnya kocak dan ekspresinya gak nahanin buat ngakak

Hemmm, kayaknya baru segitu deh, lainnya nyusul, HAHAHAHAHAHA .....

Mereka mereka ... punya bakat dan aku nge-fans mereka juga bukan hanya ngeliat tampilan luarnya sih, tapi karena menurutku mereka memang artis berbakat yang banyak memberiku inspirasi. Sukses buat kalian semua ... Ganbatte nee !!!! Yosh Yosh ...

Senin, 01 April 2013

Batik no Jinsei



Masa SMP yang dialamai Zora telah lewat, sekarang dia memasuki masa SMA. Masa remaja, tapi jiwanya masih merasa dia adalah seorang anak TK yang selalu berkhayal tinggi. Membaca literature atau sastra membuatnya sering berkhayal dan mengerti berbagai bahasa. Siapa yang menyangka, dia adalah siswi SMA yang paham lima bahasa asing, bahasa inggris, bahasa perancis, bahasa jerman, bahasa jepang, dan bahasa belanda, ditambah lagi dengan bahasa ibunya, bahasa jawa krama.
Bakatnya itu, tidak pernah diketahui guru-guru dan kawannya. Karena ada satu alasan yang sepertinya tidak boleh dibocorkan, dia adalah seorang tourist guide. Pekerjaan sambilannya yang telah membuatnya banyak berubah. Pekerjaan itu baginya seperti sebuah biji yang nantinya tumbuh besar dan melekat di jiwanya. Ia benar-benar sudah menyatu dengan pekerjaannya itu. Kalau ada request dari kantor tourist guide pusat, biasanya ia bisa mendapat bayaran yang cukup tinggi. Dan itu menguntungkannya, karena ia bisa membayar biaya SMA-nya yang cukup mahal dengan uang penghasilannya sendiri. Ibunya tidak melarangnya, beliau sangat mendukungnya, karena beliau senang melihat putrinya mandiri dan bisa berbicara banyak bahasa. Karena jadi tourist guide itu lah dia juga punya banyak teman dari luar.
 Sallymon Kopper, temannya dari inggris pernah berjalan-jalan mengelilingi kota Pekalongan bagian utara, tempat yang selalu dianggap aneh, disana mungkin ada rumah berlantai dua atau tiga namun tidak bertingkat. Entah seperti apa bayangannya, yang jelas Sallymon terbengong-bengong melihat rumah dengan lantai yang berlapi-lapis dan lebih terlihat seperti rumah pangung, lantai berlapis itu sebagai pencegah banjir jika laut pasang.
Ada juga seorang kakek tua dari Belanda yang waktu itu datang ke Pekalongan untuk melihat-lihat cara pembuatan batik dan melakukan penelitian sederhana tentang perbedaan batik-batik yang ada di Indonesia, dan beliau memuji jika batik terbaik memang hanya ada di Pekalongan.
Juga seorang turis bersaudara dari Amerika bernama Maddy dan Traddy yang sangat tersihir dengan Pemakaman Sapuro. Mereka tersihir karena mungkin pemakaman yang satu ini hanya berada disini. Pemakanan kanan-kiri jalan yang menyatu dengan jalan, bagaimana cara membayangkannya, yang jelas jika penghuni makam itu bisa berdemo, mungkin para arwah akan unjuk rasa bahwa mereka merasa tidak nyaman karena pemakaman itu nyaris menyatu dengan jalan yang selalu ramai dilewati sepeda motor. Maddy dan Traddy benar-benar merasa pemakanan itu seperti sebuah keajaiban dunia.
Memang kebanyakan turis yang datang kemari hanya ingin melihat proses pembuatan batik, semua tentang batik, dan hal-hal aneh seperti rumah dengan lantai berlapis-lapis dan pemakaman yang menyatu dengan jalan ramai.
Dan untuk masalah menjelaskan batik, Zora juga sangat pandai dalam hal itu. Tak perlu dipungkiri, ibunya pemilik butik batik di Pekalongan. Sebagai anak dari peseni batik, ia tahu segalanya, mulai dari menyiapkan alat dan bahan sampai ke tahap terakhir. Bahkan Zora pernah membuat secarik batik diatas kain mori berukuran 100 cm x 50 cm dan batik hasilnya itu sekarang dibeli dan dipajang di Museum Batik.
Tak banyak yang mengenal keberadaan butik batik milik ibunya Zora, karena Zora terlalu  pendiam dan tak pernah mempromosikan batik-batik karya ibunya kepada teman-temannya. Dan mungkin juga karena industri batik milik ibunya masih sangat sederhana.